KISAH POHON APEL
اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
“Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”
Pada zaman dahulu, terdapat sebatang pohon
apel yang amat besar. Seorang anak lelaki begitu
senang bermain-main di sekitar
pohon apel ini setiap hari.Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel
sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu
pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat
permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.
Beberapa waktu kemudian... anak lelaki itu
sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya
setiap hari bermain di sekitar
pohon apel tersebut. Namun pada, suatu hari dia
datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih. "Marilah bermain-mainlah
di sekitarku," ajak pohon apel itu. "Aku bukan anak-anak, aku tidak
lagi suka bermain denganmu," jawab remaja itu. "Aku tidak
butuh permainan, yang aku
butuhkan uang untuk membelinya," tambah remaja itu dengan
nada yang sedih. Lalu pohon apel itu berkata, "Kalau
begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk
mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan
yang kau inginkan."
Remaja itu dengan bahagianya memetik semua
apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi setelah itu. Pohon
apel itu merasa sedih.
Beberapa waktu kemudian...
Pada suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin
dewasa. Pohon apel itu merasa bahagia. "Marilah, bermain-mai
Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi
kau boleh memotong dahan-dahanku yang
besar ini
dan untuk kau jadikan rumah." Pohon apel itu memberikan dahan-dahan
yang dimilikinya. Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong semua dahan pohon apel itu dan pergi dengan bahagianya.
Pohon apel itu pun turut bahagia tetapi kemudian merasa sedih kembali karena remaja itu tidak kembali lagi
setelah mendapatkan dahan-dahannya.
Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang
menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak
lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia
telah matang dan dewasa. "Marilah, bermain-mainlah di sekitarku," ajak
pohon apel itu. "Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak
lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah
dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk berlayar. Malangnya, aku tidak mempunyai kapal. Apakah
kau mau menolongku?" tanyalelaki itu.
Aku tidak mempunyai kapal untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh
memotong batang pohon ini untuk dijadikan kapal. Kau akan dapat berlayar dengan bahagia," kata pohon apel itu. Lelaki itu merasa amat bahagia dan menebang
batang pohon apel itu. Kemudian dia pergi dari situ dengan bahagianya dan tidak kembali lagi
setelah memotong batang pohon apel tersebut. Namun, pada
suatu hari, seorang lelaki yang semakin tua, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar
pohon apel itu."
Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah memberikan
buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah,
batangku untuk kau buat kapal. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati..." kata pohon apel itu
dengan nada pilu."
Aku tidak mau apelmu karena aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak mau dahanmu kerana
aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mau
batang pohonmu karena aku tidak sanggup untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat," jawab
lelaki tua itu.
Jika begitu, istirahatlah di perduku, "kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di
perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua
menangis bahagia.
Dari
cerita diatas. Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan
didalam cerita itu adalah kedua-dua ibu bapak kita. Ketika kita masih kecil, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan
bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan
mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila
kita didalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita
bahagia dan bahagia dalam hidup. Anda mungkin berfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi
fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa
kini memperlakukan ibu bapak mereka. Hargailah jasa ibu bapak kepada kita. Jangan hanya kita menghargai
mereka pada waktu menyambut hari ibu saja setiap tahun.
Ingat !
Ridho
Allah tergantung pada ridho orang tua kita
dan murka Allah (juga) tergantung
murka orang tua kita.
Semoga cerita ini menjadi inspirasi bagi kita untuk selalu berbakti kepada orang tua baik dimasa hidupnya maupun setelah meninggal.
1 comments:
terus berkarya, semoga menjadi inspirasi
Post a Comment